2015/05/08

Keramaian di Bazar Extrepasca

Tidak ada komentar


SINICTO 2015 - Tak kalah sibuknya, beberapa siswa kelas X pun ikut tumpah ruah di koridor kelas. Membawa kantong-kantong berisi aneka jajanan dan minuman. Menatanya di deretan meja yang sudah ditempeli kertas bertuliskan kelas masing-masing.

Seperti tahun lalu, Ekstra pramuka SMAKER (Brigip Masda) mengaharuskan siswa kelas X membuka stand bazar saat acara Extrepasca guna memeriahkan acara. Untuk Extrepasca tahun ini, panitia menentukan tema unik. Unik di sini dimaksudkan untuk maskot dan dekor stand bazar.
Namun, ternyata makanan yang dijajakan juga unik-unik. Sebenarnya, panitia menganjurkan untuk menciptakan maskot anime/tokoh kartun. Tapi, bisa juga yang lain, asal unik.

Bazar kali ini lebih didominasi jajanan kecil, hanya ada beberapa stand yang menjual nasi. Namun, karena memang siswa SMAKER yang kreatif, jajanan kecil yang dijual pun unik. Semisal ada sushi jawa. Terlihat seperti sushi, sesuai namanya. Tapi, terbuat dari daun singkong yang direbus (sebagai ganti nori) dan digulung dengan tahu. Ada pula makanan sejenis, namun yang dipakai adalah bayam, nasi, telur, dan daging ayam.  “lebih mirip sushi. Ini memang sushi. Tapi disesuaikan dengan lidah kita.” Ujar penjaga stand bazar X-MIA 5. Di stand lain ada kerupuk, pecel, martabak, sosis, nugget, rujak manis dan masih banyak lagi. Ada pula pedagang jus buah yang ikut membuka stand di seberang stand bazar kelas X.

Saat jadwal menunjukkan waktu istirahat, para peserta berhamburan menyerbu stand bazar. Tak mau menyiakan kesempatan, para penjaga stand yang sebagian berdandan selaku maskot berteriak memanggil pembeli. “Ayo dibeli! Gratis karaoke!” itu adalah bunyi penawaran stand bazar X-MIA 3 yang membawa sound system untuk menunjang penjualan mereka.
Dan hasilnya, stand bazar yang pertama kali menghabiskan jajanan dan minuman yang dijual adalah stand bazar milik X-MIA 2.

Jangan Hanya diperingati!

Tidak ada komentar
sumber gambar : nasional.inilah.com

SINICTO 2015 - Sebagai seorang pelajar yang mengenyam bangku sekolah di lembaga pendidikan, sudah tentu kita selalu memperingati HARDIKNAS yang jatuh pada tanggal 2 Mei. Yang sangat sering dilakukan adalah upacara bendera. Tak jarang pula ada lembaga pendidikan yang mengadakan lomba-lomba bertemakan pendidikan atau pun seminar-seminar bertema pendidikan pula.

Namun, jika kita pikirkan lagi, peringatan-peringatan itu terkadang kontras dengan wajah pendidikan Indonesia saat ini.  Di dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All Global Monitoring Report 2012. Keadaan ini cukup memprihatinkan dan memerlukan perhatian. Wajah pendidikan Indonesia masih belum merata cantiknya. Bayangkan saja, jika di kota-kota atau pun wilayah-wilayah yang mudah terjamah sangat gampang mendapatkan pendidikan di sudut-sudut pelosok negeri ini, masih banyak yang mendapatkan pendidikan ala kadarnya. Bahkan tak layak sama sekali. Masalah ini sangat pelik jika dipikirkan. Terkadang, pemerintah dan orang berada sangat miris dengan keadaan ini. Tapi, terkadang mereka juga tak mampu berbuat banyak.

Yang lebih miris lagi adalah ketika kita melihat seseorang yang dengan mudahnya mendapatkan pendidikan justru seolah tak mensyukurinya. Misal saja, mereka yang jelas-jelas mampu menikmati fasilitas pendidikan yang layak justru berbuat hal yang menjadikan mereka tidak bisa menikmati fasilitasnya. Kita ambil contoh mereka yang berbuat onar, tawuran, bullying, bahkan pelecehan atau tindakan tak senonoh. Perbuatan seperti itu justru membuat mereka kehilangan fasilitas pendidikan mereka saat itu. Dalam beberapa kasus, mereka bisa dibui dan terpaksa meninggalkan bangku sekolah. Dan artinya, itu menghitamkan masa depan mereka. Banyak anak-anak di luaran sana yang harus susah payah melibas tanah tanpa alas kaki, peluh bercucuran, diterpa terik matahari hanya untuk mencapai lokasi sekolah. Harus bertarung nyawa, menyebrang sungai hanya demi menuntut ilmu. Apakah kita yang sudah sangat nyaman ini, sangat mudah menjangkau sekolah kita tidak malu?
Jadi, sebagai generasi muda yang baik, sudah seharusnya kita menghindari perbuatan atau kelakuan yang justru merugikan diri kita sendiri. Kita harusnya menghargai bagaimana pemerintah dan orang-orang di atas sana yang memperjuangkan masalah pendidikan. Tak lupa orang tua kita, yang membiayai kita agar mendapatkan layak. Adanya HARDIKNAS rasanya tidak hanya untuk diperingati saja, namun lebih dari itu. Apa fungsinya diperingati jika pelajar masih banyak yang tawuran, tak jujur saat ujian, tak bisa menghormati dan menghargai orang lain, bahkan tak mengerti apa sebenarnya maksud pendidikan. Jadi, jangan hanya diperingati, mari diperbaiki! 

Budaya 5S di Smaker

Tidak ada komentar

SINICTO 2015 - Sudah banyak dan cukup sering kita membahas tentang budaya di sekitaran kabupaten Nganjuk. Ritual, adat-istiadat, tari tradisional, kuliner, tempat bersejarah dan lainnya. Namun, kita bahkan sering tak menyadari budaya yang kita lakukan setiap harinya. Yang jelas-jelas dianjurkan dan dilakukan oleh warga SMAKER. Apakah itu?

5S: salam, sapa, senyum, sopan dan santun adalah tulisan yang biasa kita temukan pada kelas-kelas di SMA kita tercinta. Sebenarnya, apa sih yang membuat tulisan itu ada dihampir seluruh ruang kelas? Salam, sapa, senyum, sopan dan santun merupakan suatu budaya yang telah membudaya di SMA Negeri 1 Kertosono. Kenapa dikatakan budaya? Kita kembalikan saja kepada arti budaya itu sendiri. Budaya adalah suatu kebiasaan, dan 5S merupakan kebiasaan seluruh warga SMA Negeri 1 Kertosono.

5S di SMAKER tidak hanya kepada guru saja, loh ya! 5S juga untuk seluruh orang yang ada di SMAKER. Kebanyakan dari kita (warga SMAKER sendiri) pasti setengah tidak sadar telah melakukan budaya ini. Senyum, sudah menjadi suatu hal yang wajar untuk kita sebagai makhluk sosial. Apa lagi orang Jawa yang terkenal ramah. Salam, sudah seperti paketnya, jika seseorang tersenyum ia (kebanayakan orang) akan memberi salam. Sapa, jika mereka tersenyum dan memberi salam, itu artinya mereka sudah memberi sapaan. Namun terkadang, ada pula yang menyapa lebih ketara dengan menyebutkan nama orang yang disapa. Sopan dan santun, kalau dipikir dan dirasakan, 2 kata ini sering digunakan bersama menjadi suatu kesatuan yang menunjukkan sikap. Sikap di sini berarti etika. Sopan dan santun memiliki pemahaman etika yang baik. Bagaimana maksudnya? Contohnya saja sopan dan santun ketika menyapa Bapak Ibu Guru. Kita bisa saja menggunakan suara nyaring dan gerakan tangan spontan saat menyapa teman sebaya. Namun, hal itu jelas tidak mungkin kita lakukan saat menyapa Bapak Ibu Guru. Pasti akan menghasilkan kesan tidak sopan dan tidak santun.

5S bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Ketika bertemu Bapak Ibu Guru, kakak kelas, teman sebaya, adik kelas, penjaga sekolah, penjaga kantin, satpam dan bahkan tamu yang berkunjung ke sekolah kita. Tapi, jangan berhenti sampai di situ saja. Kita juga bisa membudayakannya di luar lingkungan sekolah. Untuk apa? Agar orang di luar sekolah pun tahu, bahwa warga SMAKER memiliki budaya yang begus. Kenali, resapi, cintai dan hargai budayamu. Budayakan budayamu agar tetap membudaya.

Apa itu Hardiknas ?

Tidak ada komentar
sumber gambar : www.liputan6.com

SINICTO 2015 - Pendidikan adalah kata yang sangat lazim kita dengar. Wajar, karena kita adalah pelajar dan orang yang terbiasa dengan pengajaran. HARDIKNAS sendiri adalah kependekan dari Hari Pendidikan Nasional. Hari pendidikan nasional Indonesia jatuh pada tanggal 2 mei. Mengapa? Sudah menjadi rahasia umum warga Indonesia, bahwa tanggal 2 mei adalah tanggal kelahiran Bapak Pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara.

Kita sungguh sangat lazim dengan kata pendidikan. Lalu, apa sebenarnya arti kata pendidikan itu sendiri? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Kalau ditarik ke belakang, perjuangan pendahulu kita di zamannya untuk mendapatkan pendidikan terhitung sulit. Bagaimana tidak, dahulu orang pribumi yang berada saja yang akan mudah mendapatkan pendidikan yang layak. Salah satu alasannya di samping masalah biaya adalah lembaga pendidikan zaman dahulu adalah milik pemerintahan Negara yang menjajah kita (Jepang maupun Belanda).

Ki Hajar Dewantara mulai berkiprah di dunia pendidikan setelah ia mendirikan Taman Siswa. Taman siswa didirikan di Yogyakarta pada 3 Juli 1922. Taman siswa merupakan jalan bagi warga pribumi untuk mendapat pendidikan yang layak, karena Taman Siswa memang didirikan untuk menjamin pendidikan warga pribumi yang sebelumnya tidak terlalu terjamin.

Ki Hajar Dewantara sangat aktif berjuang sebelum dan sesudah Indonesia merdeka. Tentunya dengan tokoh-tokoh lain semisal Ir. Soekarno. Saat Indonesia akhirnya mendapatkan kemerdekaannya, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi menteri pendidikan yang pertama. Akhirnya, Ki Hajar Dewantara wafat pada tanggal 28 April 1959 di usianya yang hampir menginjak 70 tahun. Untuk mengenang semua jasa beliau, beliau dianugrahi gelar Bapak Pendidikan Nasional dan tanggal lahirnya dijadikan sebagai hari pendidikan nasional.

Bertahun-tahun kita memperingati hari pendidikan nasional setiap tanggal 2 mei. Di lembaga pendidikan, peringatan paling sering ditandai dengan upacara bendera dalam rangka peringatan hardiknas. Tak jarang disertai lomba atau pun seminar untuk lebih memeriahkan peringatan. Namun di sini, sebenarnya yang diperlukan adalah bukan seberapa meriah peringatan hardiknas itu sendiri, namun seberapa paham kah kita dengan yang dimaksud hardiknas, seberapa pengahargaan dan penghormatan kita terhadap orang-orang yang memperjuangkan pendidikan di Indonesia hingga seperti saat ini. Dan seberapa sanggup kita menjaga pandangan orang tentang pendidikan Indonesia, pendidikan yang tepat, pendidikan yang benar-benar mendidik, pendidikan yang bermoral dan pendidikan yang mampu memajukan bangsa Indonesia.

Kesenian Tari di Kota Nganjuk

Tidak ada komentar
sumber gambar : telanganjuk.blogspot.com

SINICTO 2015 - Sebagai warga Nganjuk, tentu kita mengetahui bahwa kabupaten kita ini memiliki beberapa seni tari tradisional. Yang paling terkenal adalah tari MungDhe. Namun sebenarnya masih banyak seni tari tradisional lain yang ada di kabupaten Nganjuk. Apa saja, ya?

Jika kita membicarakan tentang tari, pasti tari MungDhe tak luput dari perhatian kita. Tari MungDhe adalah tari tradisional yang berasal dari desa Garu, Baron, Nganjuk. Tari ini bertemakan semangat patriotism (heroik). Tari MungDhe ditarikan oleh penari pria dan wanita. Tari MungDhe menceritakan prajurit perang yang sedang berlatih dan botoh (pemberi semangat). Botoh dibagi menjadi dua, yaitu Tembem dan Penthul. Botoh dalam tari MungDhe adalah pemberi kesan lucu.

Yang kedua adalah tari Tayub. Pusat tari Tayub Nganjuk adalah di desa Ngrajek kecamatan Tanjunganom. Tari Tayub akan sering disajikan jika ada acara (hajat) desa. Bertepatan dengan bulan Suro, desa Ngrajek akan ramai oleh pendatang yang ingin menyaksikan wisuda para Waranggono. “Wisuda para Waranggono diawali dengan ritual-ritual. Antara lain adalah dimandikannya calon waranggono di sebuah sumur tua oleh sesepuh yang telah terbiasa melakukannya.” Terang Bu Wiwik guru mata pelejaran Bahasa Indonesia di SMAKER. Dalam kehidupannya, para penari Tayub sering disebut dengan Ledhek atau Tandak. Jadi, jika seorang gadis ingin menjadi Waranggono, maka ia harus menjalankan ritual-ritual dan barulah ia akan mendapat surat izin untuk menjadi seorang Waranggono.

Tari salipuk adalah tari berpasangan (pria dan wanita) yang merupakan perkembangan dari tari Tayub. Tari Salipuk sangat lazim ditemukan ketika acara besar Kabupaten Nganjuk. Mengapa dinamakan tari Salipuk? Dahulu pada zaman Belanda ada seorang pengamen yang bernama Salipuk. Ia berkeliling menghibur orang-orang dengan membawa gendang. Banyak yang menyukai hiburannya dan akhirnya ia mengmbangkannya menjadi tari berpasangan.

Sebenarnya masih banyak lagi seni tari yang ada di kabupaten Nganjuk. Misal saja Jaranan dan ada pula tarian yang ditarikan ketika masyarakat meminta hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai warga asli kabupaten Nganjuk, sudah seharusnya kita melestarikam kesenian dari wilayah kita sendiri. Jika memang kita tak bisa menarikannya, maka kita pasti bisa menikmatinya. Jika tidak bisa juga, maka kita masih bisa mempelajarinya.

2015/05/07

SMAKER Berjaya Lagi!

Tidak ada komentar

SINICTO 2015 - Di sela upacara peringatan HARDIKNAS 2015 (Sabtu, 02/05/2015) terdapat sesi penyerahan piala pemenang lomba kepada sekolah. Ada lebih dari 1 ajang lomba yang berhasil dimenangkan. Menakjubkan, bukan?

Lomba pertama yang dimenangkan adalah juara 1 PPST tingkat provinsi oleh sanggar tari Puspeni. PPST sendiri di selenggarakan di Malang pada tanggal 9 April 2015. Tim PPST tahun ini terdiri dari kurang lebih 20 anak sanggar tari Puspeni. Selanjutnya adalah juara 1 tari berpasangan FLS2N tingkat kabupaten pada tanggal 21 April 2015 atas nama Nindhita Gautama dan Della Ayis Aroma. Juara 1 campursari tingkat Provinsi di TVRI atas nama Azizah Miraj Nanda. Dan 1 lagi adalah juara 1 Bambang Cakil di Dinas Pariwisata pada tanggal 28 April 2015 atas nama Erif Kurniawan dan Wahyu Dewi. Sudah sangat wajar jika dalam perlombaan tari, SMA Negeri 1 Kertosono mendapatkan gelar juara. Bagaimana tidak? Jika ditarik ke belakang, sanggar tari binaan Bu Kristin ini sudah beberapa tahun berturut-turut berhasil mempertahankan prediakat juara atau pun penyaji terbaik. Hal tersebut tak lepas dari keuletan dan kerja keras seluruh anggota sanggar tari Puspeni. Apa lagi sekarang Bu Kristin telah dibantu oleh Bu Resti dalam mempersiapkan seluruh lomba. Berkat kerja kerasnya selama ini, tahun ini Bu Kristin menjadi salah satu guru berprestasi di kabupaten Nganjuk.

Lomba yang kedua adalah GALAKSI (Gerak Langkah Kreasi) yang diadakan oleh SMA Negeri 2 Kediri. Lomba yang bertempat di GOR Joyoboyo Kediri ini, dilaksanakan pada tanggal 26 April 2015. Tahun ini, lomba Galaksi diikuti oleh 11 pleton dari seluruh paskibra SMA di Jawa Timur. Dan hasilnya, Paskibra SMA Negeri 1 Kertosono berhasil mempertahankan gelar sebagai Juara Umum seperti tahun lalu. Dengan kategori kemenangan : Juara 3 Galaksi 2015, Best Danton, Pleton Favorit dan Juara Umum Galaksi 2015.

Hebat sekali, bukan? Hanya dalam kurun waktu 1 bulan, siswa SMA Negeri 1 Kertosono mampu menyabet gelar juara dalam 5 ajang yang berbeda. Gelar juara yang didapat merupakan suatu kebanggan bagi seluruh warga SMAKER. “Sebenarnya, saat pengumuman juara dan SMAKER mendapat juara 3, kami sudah pesimis akan mendapat juara umum. Tapi kami sama sekali tidak menduga, ternyata kamilah yang menjadi juara umum dan mempertahankan gelar kami tahun lalu. Kami sangat bangga dengan kemenangan ini.” Terang Nur Lita Ayu yang disambung oleh Thitania Yolanda Viol selaku anggota kelas XI Paskibra SMA Negeri 1 Kertosono (Cagaskara). 

(Masih) Kusamnya Pendidikan di Indonesia

Tidak ada komentar
sumber gambar : fiksi.kompasiana.com


SINICTO 2015 -Pendidikan merupakan suatu hal yang pasti ada dalam suatu negara. Namun, tak semua warga Negara mampu merasakannya. Seperti halnya di Indonesia, meski di kota-kota besar dengan mudahnya seseorang mendapatkan pendidikan, warga Indonesia yang tinggal di pulau-pulau kecil atau pun daerah terpencil susah mendapatkan pendidikan. Faktor fasilitas dan sumber daya manusialah yang mungkin mendominasi penyebab tak terjangkaunya pendidikan di wilayah-wilayah tersebut. Sebut saja di sekitaran pedalaman pulau-pulau Indonesia bagian timur

Mereka harus berjalan kaki untuk mencapai sekolahnya. Menuruni bukit, jalanan terjal, menyeberang sungai tanpa jembatan, dan rintangan-rintangan lainnya. Sumber daya manusia pun menjadi masalah tersendiri. Contohnya masalah guru pengajar. Tak banyak orang yang mau di tempat-tempat terpencil. Meski kadang mereka memiliki keinginan untuk membantu. Untungnya, baru-baru ini ada sebuah gerakan yang dipelopori oleh Bapak Anis Baswedan yang bergerak di bidang pendidikan. Mereka memilih sarjana-sarjana terbaik untuk mengabdi selama 1 tahun di daerah terpencil. Meski baru sekitar 4 tahun berdiri, gerakan ini sangatlah membantu.

Tak cukup sampai kasus-kasus itu saja. Kasus putus sekolah pun sangat besar di Indonesia. Latar belakang yang paling besar adalah faktor ekonomi. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa warga Indonesia banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Penyebab lain kasus putus sekoalh adalah pergaulan bebas yang akhirnya mengharuskan mereka untuk meninggalkan bangku sekolah. Sangat miris. Padahal mereka seharusnya bisa menikmati pendidikan dengan nyaman.

Yang sangat dekat dengan kita , yang menambah kusamnya wajah pendidikan kita adalah perilaku tidak tepat dalam praktek pendidikan. Mulai dari kebiasaan mencontek saat ujian, pungli di lembaga pendidikan, pengajar dan siswa yang meninggalkan kewajibannya, kasus kekerasan hingga pelecehan yang terjadi di lembaga pendidikan, senioritas dan junioritas yang berlebihan, hingga bullying.
Sungguh sangat disayangkan jika perilaku-perilaku yang tidak tepat tersebut masih saja menghiasi perjalanan pendidikan Indonesia. Marilah kita perbaiki wajah pendidikan Indonesia. Sudah waktunya pendidikan kita lebih bersolek lagi, agar mampu menciptakan manusia-manusia sukses lebih banyak lagi. Pendidikan tak cukup hanya bagaimana seseorang mendidik dan bagaimana seseorang dididik. Tapi, bagaimana pendidik dan yang dididik mendapatkan pendidikan untuk diri masing-masing dan mampu memanfaatkannya untuk orang lain.

Adu Kreasi dan Kekompakan Lewat Lomba Extrepasca 2015

Tidak ada komentar


SINICTO 2015 - Yel-yel terdengar menggema seiring berjalannya regu-regu peserta menuju pos lomba. Ada beberapa pos lomba. Pos semaphore di lapangan belakang (SMAKER), pos pionering di lapangan desa kepuh, pos tekspram di balai desa kepuh, dan aula baru sekolah dijadikan pos scout skill dan dinamika regu. Terdapat juga pos bayangan untuk semaphore dan pionering di SDN KEPUH. Pos bayangan dimaksudkan untuk pos singgah. Karena, untuk melaksanakan lomba, peserta di bagi menjadi beberapa kloter.

Lazim diketahui, dalam lomba-lomba di event Extrepasca, para peserta harus menunjukkan kekompakan, kreativitas dan semangat berlombanya. Karena, di setiap cabang lomba, poin-poin tadi menjadi salah satu nilai penting dalam penilaian dewan juri.

Lomba pertama adalah semaphore. Tiap regu terdiri dari 3 anak. Orang pertama bertugas membaca soal dan mengirimkan kepada orang kedua. Orang kedua bertugas mengamati orang pertama, kemudian mengirim pesannya (soal yang dibaca dan diperagakan orang pertama) kepada orang ketiga. Sedang orang ketiga sendiri bertugas menulis pesan yang telah dikirimkan.

Lomba kedua adalah pionering. Tiap regu terdiri dari 3 anak. Dalam pionering ini, peserta diharuskan membuat jemuran dari tongkat dan tali lawe yang mereka bawa. Pemenangnya adalah regu yang mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan waktu yang paling sedikit.

Lomba ketiga adalah tekspram. Dalam lomba ini, dilakukan secara individual. Setiap anak mendapat 100 butir soal (soal benar salah, TTS, dan sandi kotak) dengan alokasi waktu pengerjaan 1 jam.
Lomba keempat adalah skill scout. Sama denga tekspram, lomba ini dilakukan individual. Peserta diharuskan membuat poster dengan tema pramuka dan alam. Dalam lomba ini, panitia meminta Ibu Aniek, Pak Budi, dan Andira (kelas XII) untuk menjadi juri.

Lomba kelima adalah dinamika regu. Seperti namanya, lomba ini dilakukan oleh seluruh anggota regu. Dengan penilaian kreativitas, kekompakan dan semangat, panitia mempercayakan kepada anggota Kwarcab yang hadir.

Seluruh lomba berjalan dengan lancar. Hingga akhir acara diumumkan pemenang lomba yang dibedakan menjadi juara putra dan putri. Menurut peserta lomba, mereka menyiapkan lomba-lomba di Extrepasca  ini hanya sekitar 1-2 minggu. Bahkan ada peserta yang hanya 3 hari menyiapkan dinamika regunya. “Kami baru persiapan 3 hari. Ini pun dadakan. Tadi kami joget-joget aja, tanpa gerakan wajib. Jadi semua ngikuti saya sebagai leadnya. Lagu kami sendiri yang cari, kami remix dan jadilah seperti itu tadi. Tak sia-sia menurutku. Joget india tadi mampu menarik perhatian hahaha.” Tutur Pungki Prasetyo, peserta dari SMPN 2 Pace yang saat dinamika regu membuat gebrakan baru menari dengan diiringi lagu india dan dangdut Indonesia. Dengan slayer ungu di kepala dan kaca mata hitam, dengan percaya diri mereka melenggak-lennggokan badan mengundang tawa.

2015/05/06

Pendidikan Berkarakter

Tidak ada komentar

SINICTO 2015 - Sejak tahun 2013, Indonesia mengenal Kurikulum 2013 atau lebih mudah disebut dengan K13. K13 memiliki ciri yang berbeda dengan KTSP. Dalam K13, juga lebih diterapkan tentang pendidikan berkarakter.

Pendidikan berkarakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang bertindak mendidik dan diperuntukkan bagi generasi berikutnya dengan tujuan penyempurnaan individu secara terus menerus dan melatih kemampuan diri menuju kea rah hidup yang lebih baik. Bisa dikatakan, pendidikan karakter sangat erat dengan masalah moral dan spiritual.

Dulu, di Indonesia orientasi moral justru dikesampingkan dan lebih mengedepankan penilaian dari ‘pencapaian individu’. Contohnya adalah pada kegiatan dalam kelas, seseorang yang nilainya bagus, pasti akan lebih tinggi peringkatnya dibandingkan yang tidak bagus. Padahal, terkadang perilakunya lebih bagus anak yang memiliki nilai jelek. contoh bukti nyata gagalnya pendidikan karakter di Indonesia adalah masih banyaknya kasus korupsi yang mentasbihkan bahwa moral bangsa masih sangat lemah.

Lalu, sepenting apakah pendidikan karakter di sekolah? Pendidikan karakter sangat penting bagi setiap individu. Seseorang tak cukup hanya diberi bekal pembelajaran dalam hal intelektual saja, tetapi juga harus dilengkapi denngan pembelajaran moral dan spiritualnya. Pendidikan karakter mutlak harus diberikan sejak dini. Khususnya di lembaga pendidikan. Pendidikan karakter bisa dilakukan dengan memberikan contoh teladan nyata kepada siswa dengan diiringi pembelajaran keagamaan dan kewarganegaraan sehingga siswa diharapkan akan memiliki jiwa sosial yang tinggi dan mempu menghormati orang lain hingga menjadikannya adil pula dalam memutuskan sesuatu. Contoh kecil prakteknya adalah berjabat tangan saat bertemu dengan orang lain. Hal kecil memang, namun jika tidak dibiasakan, hal seperti itu akan canggung untuk dilakukan.

Pendidikan karakter sangat berperan dalam kehidupan kita selanjutnya. Dengan pendidikan karakter, kita mampu mengetahui berbagai karakter manusia, menjelaskan dan mengartikannya, menunjukkan bagaimana perilaku berkarakter, dan mengetahui manfaat perilaku berkarakter.Dengan segala keunggulan pendidikan berkarakter rasanya sangat disayangkan jika kita tak melakukannya. Sekarang ini , bangsa kita sedang memulainya dengan kerikulum 2013. Tunjukkanlah karaktermu dengan perilaku berkarakter mulia bangsa Indonesia.

Gaya Bicara Nguanjuk

Tidak ada komentar

SINICTO 2015 - Bahasa merupakan hal yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Tiap daerah akan memiliki Bahasa daerah, dialeg, dan logat yang berbeda. Lalu, bagaimana dengan Nganjuk?

Kabupaten Nganjuk terletak di provinsi Jawa Timur. Sudah pasti orang Nganjuk akan berbicara dalam Bahasa Jawa. Bahasa Jawa sendiri, memiliki banyak tingkatan. Ada ngoko, ngoko alus, krama, krama alus, dan krama inggil. Di kabupaten Nganjuk, mayoritas masyarakatnya berbicara dengan ngoko alus dan krama.

Ada pula istilah-istilah atau kata dalam Bahasa Jawa yang pengucapannya berbeda di tiap daerahnya. Semisal istilah menyetujui yang biasa dilafalkan dengan kata “he’eh” di kabupaten Nganjuk, akan berubah bunyinya menjadi “ho’oh” jika yang mengucapkan orang Kediri. Contoh lain adalah ketika menyebutkan esok hari. Mayoritas orang Nganjuk akan menggunakan kata “sesok” sedangkan orang-orang daerah lain semisal Surabaya akan menggunakan kata “mene”.

Hal yang paling menunjukkan ciri khas orang Nganjuk adalah ketika ingin menekankan sesuatau, maka akan ada tambahan huruf “u” atau “o” di sela kata-katanya. Semisal ketika mengagumi sesuatu, jika di wilayah lain akan mengatakan “apik banget lho!” atau “apik tenan!” maka (sebagian) orang Nganjuk akan mengatakan “uapik!”. Contoh lain adalah ketika bosan menunggu. Maka yang biasa keluar dari mulut adalah “suwi tenan ya!” atau “suwi ya!”. Tapi, jika yang mengatakan orang Nganjuk akan menjadi “Souwi ya!”.

Yah, begitulah yang terjadi. itulah kebhinekaan. Perbedaan yang menyatukan. Meskipun berbeda gaya bicara, dalam prakteknya orang-orang akan tetap berbincang. Gaya bicara bahkan Bahasa pun bukan merupakan problema untuk berkomunikasi, untuk bergaul dalam masyarakat dan berguna bagi masyarakat.

Jamasan Pusaka Desa Ngliman

Tidak ada komentar

sumber gambar : www.infobudaya.com
SINICTO 2015 - Di samping mandi di air terjun Sedudo pada tanggal 1 Suro (tanggalan Jawa), ada pula ritual lain yang dilakukan pada bulan Suro. Ritual yang menjadi suatu budaya (kebiasaan) masyarakat desa Ngliman kecamatan Sawahan ini harus dilakukan pada hari Jumat Legi, Jumat Wage atau Senin Wage di Gedung Pusaka desa Ngliman.

Sebelumnya, dilakukan dulu Kirab Pusaka yang diawali dari makan Ki Ageng Ngaliman dan berakhir di Gedung Pusaka. Dalam Kirab tersebut terdapat Subha Manggala/Cucuk Lampah (pembuka jalan), prajurit pembawa pusaka, putri domas, dan pasukan MungDhe (MungDhe adalah tarian khas kabupaten Nganjuk).

Dalam Jamasan Pusaka. Ada benda pusaka yang hanya dikeluarkan pada saat upacara adat ini. Benda pusaka yang hanya dikeluarkan pada saat upacara adat ini. Benda pusaka tersebut adalah sebuah kendi. Dalam keseharian, kendi tersebut disimpan di Gedung Makam Kyai Ngaliman. Kemudian, terdapat beberapa pusaka lain, yaitu Kyai Sambat, Kyai Endel, dan Kyai Kembar. Kyai Kembar memiliki bentuk dan panjang yang sama. Dalam ritual Jamasan, terdapat pula bunga setaman dan minyak wangi sebagai barang wajib saat ritual. Kemudian tak lupa tempat merendam pusaka, paying agung, dan padupan. Ada pula Wayang Kayu dan Wayang Krucil. Ritual Jamasan diawali dengan penyerahan pusaka dari berbagai daerah kepada sesepuh desa Ngliman dan diakhiri selametan di Gedung Pusaka. Malam harinya, akan dilanjutkan dengan tasyakuran dan pagelaran wayang semalam suntuk. 

2015/05/05

Peringatan Hari Pendidikan Nasional di Smaker

Tidak ada komentar


SINICTO 2015 - Tanggal 2 mei tahun ini jatuh pada hari Sabtu. Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, SMA Negeri 1 Kertosono memperingatinya dengan upacara bendera. Upacara di hari Sabtu? Apa bedanya dengan upacara hari Senin?

Berbicara tentang perbedaan, perbedaan yang paling ketara adalah seragam yang digunakan. Jika biasanya menggunakan seragam putih abu-abu, upacara dalam rangka memperingati HARDIKNAS hari ini dilakukan dengan menggunakan seragam pramuka. Peserta upacara terdiri dari semua siswa kelas X dan XI beserta Bapak dan Ibu guru, karena kelas XII telah menyelesaikan UN dan tidak lagi memiliki kegiatan belajar mengajar. Sedangkan yang menjadi petugas untuk upacara hari ini adalah anggota paskibra Cagaskara SMA Negeri 1 Kertosono.
Sedari pagi, sudah terlihat geliat para petugas mempersiapkan kebutuhan (seluruh perlengkapan) upacara hari ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, upacara peringatan HARDIKNAS tahun ini dilengkapai dengan pasukan 12 selaku pengibar bendera. “pasukan 12 hanya aka nada jika peringatan Hari Besar Nasional. Semisal hari kebangkitan, hari pahlawan, hari pendidikan dan hari-hari besar lainnya. Kecuali hari besar agama. Hehehe. Oh iya,di event-event sekolah biasanya juga memakai pasukan 12.” Terang Nugroho Andre Awan (anggota Cagaskara kelas XI) selaku Koordinator Sie upacara.
Hal yang lain yang terlihat ganjal adalah pada barisan kelas X. Di beberapa kelas, barisan paling depan ditempati oleh siswa putri. Mungkin karena pada upacara sebelumnya (peringatan Hari Kartini), siswa putri diharuskan menempati barisan paling depan. Tampilan peserta upacara yang berseragam pramuka lengkap (berbaret untuk putra dan berlaken serta topi besek untuk putri) menjadi pemandangan yang berbeda dalam upacara kali ini. Sangat berbeda namun tetap terlihat rapih.
Dalam upacara hari ini, kepala sekolah kita Bapak Sumidi, M.Pd menjadi Pembina upacara. Beliau memberikan amanat yang berhubungan dengan pendidiakan. Tentang Ki Hajar Dewantara pu tak lupa disampaikan. Runtutan upacara berjalan seperti upacara biasanya. Namun, regu koor (gabungan dari anggota bivo dan anggota Cagaskara yang tidak menjadi petugas upacara) menyanyikan 1 lagu nasional, yaitu Bangun Pemudi Pemuda. Di hampir akhir upacara, ada penyerahan piala pemenang lomba. Upacara berjalan lancer dan cukup tertib hingga akhir upacara.

Flashmob di Senggang Acara Extrepasca

Tidak ada komentar

SINICTO 2015Keseruan Extrepasca tak berhenti pada lomba-lombanya saja. Tahun ini, panitia menggaet dancer SMAKER (Ekstra dance T.O.D crew) untuk memeriahkan acara. Mau apa T.O.D crew kali ini? Seperti dilakukan pada event-event sebelumnya, T.O.D crew akan melakukan flashmob (kegiatan yang dilakukan sekelompok orang dan dilakukan secara tiba tiba di tempat umum, biasanya flashmob berbentuk tarian). Mengapa flashmob yang dipilih? Karena dengan flashmob semua dapat menari tanapa rasa malu, justru mereka diharuskan menari dan taka da rasa malu saat itu. Tak seperti saat mereka hanya melihat penampilan dance mereka hanya menikmati dengan duduk diam dan melihat.

Flashmob dilakukan 2 kali, di tengah dan di hampir akhir acara. Flashmob pertama terkesan peserta masih kaku dan sedikit enggan ikut berjoget, meski akhirnya flashmob dilakukan 2 kali. Flashmob di pagi hari diiringi music ringan, santai dan membawakan tarian yang biasa disebut “Senam Pinguin”.
Flashmob kedua dilakukan sekitar pukul 3 sore. Diawali dengan “Goyang Dumang”. Berbeda dengan flashmob pertama, di flashmob kedua ini peserta lebih antusias. Terlihat wajah letih dan bosan adik-adik SMP itu berubah gembira ketika pembawa acara mengatakan akan dilakukan flashmob. Benar saja, tak cukup 1 atau 2 putaran lagu. Flashmob kedua memutar hingga 4 lagu (goyang dumang, morena, senam penguin dan summer) dengan total 6 putaran. Peluh bercucuran, nafas memburu, suara mendadak serak karena antusias berteriak. Namun, mereka sangat senang dan sangat menikmati.

Flashmob dihentikan oleh pembawa acara tepat setelah putaran kedua lagu keempat. T.O.D crew memberi salam terakhir dan terduduk di lantai aula. “Ini seru. Keren banget, rame! Pesertanya semangat banget sampai bikin kita yang mimpin sendiri kehabisan tenaga. Flashmob sampai 6 putaran masih aja teriak minta lagi. Haha. Yang bilang melelahkan pasti dianggap nggak punya semangat deh. Hihi. Tapi, semuanya bersemangat. Jos pokok e! flashmob Extrepasca paling oke! Sukses ya say untuk Extrepasca selanjutnya.” Ujar salah satu dancer saat peserta mulai bubar meninggalkan lokasi flashmob. 

Ini adalah salah satu video flashmob di extrepasca 2015.



Extrepasca Tahun Ini Sukses Berat

Tidak ada komentar

SINICTO 2015 - Minggu pagi terlihat geliat anak-anak berseragam pramuka memasuki gerbang SMAN 1 Kertosono. Ya, mereka adalah peserta acara tahunan ekstra Brigip Masda SMAKER yaitu “Extrepasca”. Event tahunan yang sudah digelar sebanyak 9 kali ini, berhasil menggaet 38 regu peserta dari tingkat SMP/sederajat. Seperti tahun – tahun sebelumnya extrepasca tahun ini akan dilaksanakan mulai pagi hari. Selagi menunggu semua peserta datang, peserta yang sudah terlebih dahulu hadir melakukan demontrasi yel-yel. Sekitar pukul 07.00, upacara pembukaan sudah dimulai, Terlihat antusiasme dan keseriusan peserta maupun panitia. Tahun ini, Pembina upacara dipercayakan kepada Bapak Priyaji selaku salah satu anggota Kwarcab kabupaten Nganjuk. Tak ketinggalan, terlihat pula beberapa guru SMAN 1 Kertosono, salah satunya Bapak Khoirul Anam, dan beberapa guru lain yang merupakan Pembina Brigip Masda. Upacara berjalan lancar hingga akhirnya terdengar suara letusan kembang api dan tepukan serentak tangan peserta yang menandakan akan dimulainya kegiatan.

Seperti tahun lalu, ajang lomba yang digelar adalah semaphore, pionering, tekspram, dan dinamika regu. “Tahun ini berbeda, jika tahun lalu lomba kelima adalah hasta karya, tahun ini adalah scout skill. Kalau hasta karya itu, membuat kreasi berbentuk tunas kelapa dari bahan bekas. Tapi itu membutuhkan waktu lebih lama dan sedikit rumit sedangkan scout skill hanya membutuhkan waktu 1 jam, karena hanya menggambar poster saja.” Terang Nofa yang merupakan Sie Giat dalam acara extrepasca tahun ini.

Setelah seluruh acara lomba selesai para peserta lomba dipersilahkan untuk istirahat. Beberapa peserta terlihat mengelilingi area lomba sambil bergurau dan beberapa peserta terlihat membeli jajanan yang dijual di stand bazar siswa kelas X SMAKER. Beberapa sibuk merapikan diri dan beberapa regu yang lain memilih duduk lesehan melepas lelah. Acara kemudian diambil alih oleh panitia yang mengumumkan bahwa akan ada penampilan dance dari T.O.D crew. Suasana mendadak bergemuruh. Semua peserta merapat ke gedung aula dan mulai tak sabar bergoyang bersama. Ya! T.O.D crew mengadakan flashmob lagi kali ini gerakan flashmob terkesan disesuaikan dengan umur peserta flashmob yaitu dengan mengajak peserta extrepasca untuk “senam pinguin”. Gelak tawa terdengar bersautan. Hingga akhirnya lagu diputar 2 kali karena permintaan peserta hingga putaran kedua selesai pun peserta masih menginginkan 1 putaran lagi. Tapi tidak dilaksanan oleh panitia, karena jadwal mengharuskan acara dilanjutkan kembali.

Sekitar pukul 11.30, dilanjutkan dengan dinamika regu. Poin utama dalam lomba ini adalah semangat, kreativitas dan kekompakan. Suasana di aula pun mendadak serius. Mata-mata peserta dengan khusuk memperhatikan regu yang tampil. Namun saat waktu menunjuk tepat pukul 12.00, Dinamika regu dihentikan sementara agar peserta dapat ishoma. Dan setengah jam kemudian, dinamika regu dilanjutkan kembali. Terlihat sebagian peserta sudah menikmati suasana karena mereka telah menampilan dinamika regu mereka. Di tengah-tengah penampilan tiba tiba ada hal baru. Tidak seperti regu-regu sebeumnya, regu putra yang memakai slayer ungu dikepala dan kaca mata hitam ini, berjoget ria dengan iringan lagu India dan lagu dangdut Indonesia. Spontan gelak tawa keluar dar seluruh orang yang ada di aula. Sementara dinamika regu masih berlangsung, ternyata di lapangan belakang dilakukan pertandingan ulang untuk lomba semaphore, karena terdapat sekolah yang memiliki nilai yang sama. Lama, suasana sedikit berubah membosankan. Namun, tidak demikian ketika pembawa acara mengatakan akan diadakan flashmob lagi. Semua dengan sigap berdiri dan siap berjoget bersama. Flashmob kali ini tak cukup 1 atau 2 kali. 6 putaran lagu mereka lahap. Dengan semangat mereka mengikuti gerakan T.O.D crew yang memimpin flashmob.
Setelah flashmob, panitia mengistirahatkan peserta untuk sholat ashar. Sekitar pukul 16.15 upacar penutupan dimulai. Upacara disertai dengan pembacaan pemenang lomba-lomba (semaphore, pionering, tekspram, scout skill, dan dinamika regu). Dan tak diduga, juara umum extrepasca tahun ini berpindah tangan. Jika 2 tahun lalu, MTs Tanjung Tani yang berhasil memperoleh gelar juara umum, kali ini MTs Negeri Berbek. “Saya sangat bahagia, kemenangan tahun ini mengulang kemenangan kami 9 tahun yang lalu. Kami sangat antusias, meskipun persiapan kami hanya 1 minggu, tapi latihan kamu lakukan rutin. Full latihan dalam 1 minggu.” Ujar Bapak Slamet Riyadi selaku Pembina MTs Negeri Berbek.