sumber gambar : telanganjuk.blogspot.com |
SINICTO 2015 - Sebagai warga Nganjuk, tentu kita mengetahui bahwa kabupaten kita ini memiliki beberapa seni tari tradisional. Yang paling terkenal adalah tari MungDhe. Namun sebenarnya masih banyak seni tari tradisional lain yang ada di kabupaten Nganjuk. Apa saja, ya?
Jika kita membicarakan tentang tari, pasti tari MungDhe tak
luput dari perhatian kita. Tari MungDhe adalah tari tradisional yang berasal
dari desa Garu, Baron, Nganjuk. Tari ini bertemakan semangat patriotism
(heroik). Tari MungDhe ditarikan oleh penari pria dan wanita. Tari MungDhe
menceritakan prajurit perang yang sedang berlatih dan botoh (pemberi semangat).
Botoh dibagi menjadi dua, yaitu Tembem dan Penthul. Botoh dalam tari MungDhe
adalah pemberi kesan lucu.
Yang kedua adalah tari Tayub. Pusat tari Tayub Nganjuk
adalah di desa Ngrajek kecamatan Tanjunganom. Tari Tayub akan sering disajikan jika
ada acara (hajat) desa. Bertepatan dengan bulan Suro, desa Ngrajek akan ramai
oleh pendatang yang ingin menyaksikan wisuda para Waranggono. “Wisuda para
Waranggono diawali dengan ritual-ritual. Antara lain adalah dimandikannya calon
waranggono di sebuah sumur tua oleh sesepuh yang telah terbiasa melakukannya.”
Terang Bu Wiwik guru mata pelejaran Bahasa Indonesia di SMAKER. Dalam kehidupannya,
para penari Tayub sering disebut dengan Ledhek
atau Tandak. Jadi, jika seorang gadis
ingin menjadi Waranggono, maka ia harus menjalankan ritual-ritual dan barulah
ia akan mendapat surat izin untuk menjadi seorang Waranggono.
Tari salipuk adalah tari berpasangan (pria dan wanita) yang
merupakan perkembangan dari tari Tayub. Tari Salipuk sangat lazim ditemukan
ketika acara besar Kabupaten Nganjuk. Mengapa dinamakan tari Salipuk? Dahulu
pada zaman Belanda ada seorang pengamen yang bernama Salipuk. Ia berkeliling
menghibur orang-orang dengan membawa gendang. Banyak yang menyukai hiburannya
dan akhirnya ia mengmbangkannya menjadi tari berpasangan.
Sebenarnya masih banyak lagi seni tari yang ada
di kabupaten Nganjuk. Misal saja Jaranan dan ada pula tarian yang ditarikan
ketika masyarakat meminta hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai warga asli
kabupaten Nganjuk, sudah seharusnya kita melestarikam kesenian dari wilayah
kita sendiri. Jika memang kita tak bisa menarikannya, maka kita pasti bisa
menikmatinya. Jika tidak bisa juga, maka kita masih bisa mempelajarinya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Komentar yang asik asik aja!