SINICTO 2015 - Sudah banyak dan cukup sering kita membahas tentang budaya di sekitaran kabupaten Nganjuk. Ritual, adat-istiadat, tari tradisional, kuliner, tempat bersejarah dan lainnya. Namun, kita bahkan sering tak menyadari budaya yang kita lakukan setiap harinya. Yang jelas-jelas dianjurkan dan dilakukan oleh warga SMAKER. Apakah itu?
5S: salam, sapa, senyum, sopan dan santun adalah tulisan
yang biasa kita temukan pada kelas-kelas di SMA kita tercinta. Sebenarnya, apa sih yang membuat tulisan itu ada
dihampir seluruh ruang kelas? Salam, sapa, senyum, sopan dan santun merupakan
suatu budaya yang telah membudaya di SMA Negeri 1 Kertosono. Kenapa dikatakan
budaya? Kita kembalikan saja kepada arti budaya itu sendiri. Budaya adalah
suatu kebiasaan, dan 5S merupakan kebiasaan seluruh warga SMA Negeri 1
Kertosono.
5S di SMAKER tidak hanya kepada guru saja, loh ya! 5S juga untuk seluruh orang yang
ada di SMAKER. Kebanyakan dari kita (warga SMAKER sendiri) pasti setengah tidak
sadar telah melakukan budaya ini. Senyum, sudah menjadi suatu hal yang wajar
untuk kita sebagai makhluk sosial. Apa lagi orang Jawa yang terkenal ramah.
Salam, sudah seperti paketnya, jika seseorang tersenyum ia (kebanayakan orang)
akan memberi salam. Sapa, jika mereka tersenyum dan memberi salam, itu artinya
mereka sudah memberi sapaan. Namun terkadang, ada pula yang menyapa lebih
ketara dengan menyebutkan nama orang yang disapa. Sopan dan santun, kalau
dipikir dan dirasakan, 2 kata ini sering digunakan bersama menjadi suatu
kesatuan yang menunjukkan sikap. Sikap di sini berarti etika. Sopan dan santun
memiliki pemahaman etika yang baik. Bagaimana maksudnya? Contohnya saja sopan
dan santun ketika menyapa Bapak Ibu Guru. Kita bisa saja menggunakan suara
nyaring dan gerakan tangan spontan saat menyapa teman sebaya. Namun, hal itu
jelas tidak mungkin kita lakukan saat menyapa Bapak Ibu Guru. Pasti akan
menghasilkan kesan tidak sopan dan tidak santun.
5S bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Ketika bertemu Bapak Ibu Guru, kakak kelas, teman sebaya, adik kelas, penjaga
sekolah, penjaga kantin, satpam dan bahkan tamu yang berkunjung ke sekolah
kita. Tapi, jangan berhenti sampai di situ saja. Kita juga bisa membudayakannya
di luar lingkungan sekolah. Untuk apa? Agar orang di luar sekolah pun tahu, bahwa
warga SMAKER memiliki budaya yang begus. Kenali, resapi, cintai dan hargai
budayamu. Budayakan budayamu agar tetap membudaya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Komentar yang asik asik aja!