2015/05/07

(Masih) Kusamnya Pendidikan di Indonesia

Tidak ada komentar
sumber gambar : fiksi.kompasiana.com


SINICTO 2015 -Pendidikan merupakan suatu hal yang pasti ada dalam suatu negara. Namun, tak semua warga Negara mampu merasakannya. Seperti halnya di Indonesia, meski di kota-kota besar dengan mudahnya seseorang mendapatkan pendidikan, warga Indonesia yang tinggal di pulau-pulau kecil atau pun daerah terpencil susah mendapatkan pendidikan. Faktor fasilitas dan sumber daya manusialah yang mungkin mendominasi penyebab tak terjangkaunya pendidikan di wilayah-wilayah tersebut. Sebut saja di sekitaran pedalaman pulau-pulau Indonesia bagian timur

Mereka harus berjalan kaki untuk mencapai sekolahnya. Menuruni bukit, jalanan terjal, menyeberang sungai tanpa jembatan, dan rintangan-rintangan lainnya. Sumber daya manusia pun menjadi masalah tersendiri. Contohnya masalah guru pengajar. Tak banyak orang yang mau di tempat-tempat terpencil. Meski kadang mereka memiliki keinginan untuk membantu. Untungnya, baru-baru ini ada sebuah gerakan yang dipelopori oleh Bapak Anis Baswedan yang bergerak di bidang pendidikan. Mereka memilih sarjana-sarjana terbaik untuk mengabdi selama 1 tahun di daerah terpencil. Meski baru sekitar 4 tahun berdiri, gerakan ini sangatlah membantu.

Tak cukup sampai kasus-kasus itu saja. Kasus putus sekolah pun sangat besar di Indonesia. Latar belakang yang paling besar adalah faktor ekonomi. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa warga Indonesia banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Penyebab lain kasus putus sekoalh adalah pergaulan bebas yang akhirnya mengharuskan mereka untuk meninggalkan bangku sekolah. Sangat miris. Padahal mereka seharusnya bisa menikmati pendidikan dengan nyaman.

Yang sangat dekat dengan kita , yang menambah kusamnya wajah pendidikan kita adalah perilaku tidak tepat dalam praktek pendidikan. Mulai dari kebiasaan mencontek saat ujian, pungli di lembaga pendidikan, pengajar dan siswa yang meninggalkan kewajibannya, kasus kekerasan hingga pelecehan yang terjadi di lembaga pendidikan, senioritas dan junioritas yang berlebihan, hingga bullying.
Sungguh sangat disayangkan jika perilaku-perilaku yang tidak tepat tersebut masih saja menghiasi perjalanan pendidikan Indonesia. Marilah kita perbaiki wajah pendidikan Indonesia. Sudah waktunya pendidikan kita lebih bersolek lagi, agar mampu menciptakan manusia-manusia sukses lebih banyak lagi. Pendidikan tak cukup hanya bagaimana seseorang mendidik dan bagaimana seseorang dididik. Tapi, bagaimana pendidik dan yang dididik mendapatkan pendidikan untuk diri masing-masing dan mampu memanfaatkannya untuk orang lain.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Komentar yang asik asik aja!