sumber gambar : fiksi.kompasiana.com |
SINICTO 2015 -Pendidikan merupakan suatu hal yang pasti ada dalam suatu
negara. Namun, tak semua warga Negara mampu merasakannya. Seperti halnya di
Indonesia, meski di kota-kota besar dengan mudahnya seseorang mendapatkan pendidikan,
warga Indonesia yang tinggal di pulau-pulau kecil atau pun daerah terpencil
susah mendapatkan pendidikan. Faktor fasilitas dan sumber daya manusialah yang
mungkin mendominasi penyebab tak terjangkaunya pendidikan di wilayah-wilayah
tersebut. Sebut saja di sekitaran pedalaman pulau-pulau Indonesia bagian timur
Mereka harus berjalan kaki untuk mencapai sekolahnya. Menuruni bukit, jalanan
terjal, menyeberang sungai tanpa jembatan, dan rintangan-rintangan lainnya.
Sumber daya manusia pun menjadi masalah tersendiri. Contohnya masalah guru
pengajar. Tak banyak orang yang mau di tempat-tempat terpencil. Meski kadang
mereka memiliki keinginan untuk membantu. Untungnya, baru-baru ini ada sebuah
gerakan yang dipelopori oleh Bapak Anis Baswedan yang bergerak di bidang
pendidikan. Mereka memilih sarjana-sarjana terbaik untuk mengabdi selama 1
tahun di daerah terpencil. Meski baru sekitar 4 tahun berdiri, gerakan ini
sangatlah membantu.
Tak cukup sampai kasus-kasus itu saja. Kasus putus sekolah
pun sangat besar di Indonesia. Latar belakang yang paling besar adalah faktor
ekonomi. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa warga Indonesia banyak yang hidup di
bawah garis kemiskinan. Penyebab lain kasus putus sekoalh adalah pergaulan
bebas yang akhirnya mengharuskan mereka untuk meninggalkan bangku sekolah.
Sangat miris. Padahal mereka seharusnya bisa menikmati pendidikan dengan
nyaman.
Yang sangat dekat dengan kita , yang menambah kusamnya wajah
pendidikan kita adalah perilaku tidak tepat dalam praktek pendidikan. Mulai dari
kebiasaan mencontek saat ujian, pungli di lembaga pendidikan, pengajar dan
siswa yang meninggalkan kewajibannya, kasus kekerasan hingga pelecehan yang
terjadi di lembaga pendidikan, senioritas dan junioritas yang berlebihan,
hingga bullying.
Sungguh sangat disayangkan jika
perilaku-perilaku yang tidak tepat tersebut masih saja menghiasi perjalanan
pendidikan Indonesia. Marilah kita perbaiki wajah pendidikan Indonesia. Sudah
waktunya pendidikan kita lebih bersolek lagi, agar mampu menciptakan manusia-manusia
sukses lebih banyak lagi. Pendidikan tak cukup hanya bagaimana seseorang
mendidik dan bagaimana seseorang dididik. Tapi, bagaimana pendidik dan yang
dididik mendapatkan pendidikan untuk diri masing-masing dan mampu
memanfaatkannya untuk orang lain.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Komentar yang asik asik aja!