2015/05/08
Keramaian di Bazar Extrepasca
Posted by
Unknown,
on
5/08/2015
SINICTO 2015 - Tak kalah sibuknya, beberapa siswa kelas X pun ikut tumpah ruah di koridor kelas. Membawa kantong-kantong berisi aneka jajanan dan minuman. Menatanya di deretan meja yang sudah ditempeli kertas bertuliskan kelas masing-masing.
Seperti tahun lalu, Ekstra pramuka SMAKER (Brigip Masda)
mengaharuskan siswa kelas X membuka stand
bazar saat acara Extrepasca guna memeriahkan acara. Untuk Extrepasca tahun
ini, panitia menentukan tema unik. Unik di sini dimaksudkan untuk maskot dan
dekor stand bazar.
Namun, ternyata
makanan yang dijajakan juga unik-unik. Sebenarnya, panitia menganjurkan untuk
menciptakan maskot anime/tokoh kartun. Tapi, bisa juga yang lain, asal unik.
Bazar kali ini lebih didominasi jajanan kecil, hanya ada
beberapa stand yang menjual nasi.
Namun, karena memang siswa SMAKER yang kreatif, jajanan kecil yang dijual pun
unik. Semisal ada sushi jawa. Terlihat seperti sushi, sesuai namanya. Tapi,
terbuat dari daun singkong yang direbus (sebagai ganti nori) dan digulung
dengan tahu. Ada pula makanan sejenis, namun yang dipakai adalah bayam, nasi,
telur, dan daging ayam. “lebih mirip
sushi. Ini memang sushi. Tapi disesuaikan dengan lidah kita.” Ujar penjaga stand bazar X-MIA 5. Di stand lain ada kerupuk, pecel, martabak,
sosis, nugget, rujak manis dan masih banyak lagi. Ada pula pedagang jus buah
yang ikut membuka stand di seberang stand bazar kelas X.
Saat jadwal menunjukkan waktu istirahat, para peserta
berhamburan menyerbu stand bazar. Tak
mau menyiakan kesempatan, para penjaga stand
yang sebagian berdandan selaku maskot berteriak memanggil pembeli. “Ayo dibeli!
Gratis karaoke!” itu adalah bunyi penawaran stand
bazar X-MIA 3 yang membawa sound system untuk menunjang penjualan mereka.
Dan hasilnya, stand bazar yang pertama kali menghabiskan jajanan dan minuman yang
dijual adalah stand bazar milik X-MIA
2.
Jangan Hanya diperingati!
Posted by
Unknown,
on
5/08/2015
sumber gambar : nasional.inilah.com |
SINICTO 2015 - Sebagai seorang pelajar yang mengenyam bangku sekolah di
lembaga pendidikan, sudah tentu kita selalu memperingati HARDIKNAS yang jatuh
pada tanggal 2 Mei. Yang sangat sering dilakukan adalah upacara bendera. Tak
jarang pula ada lembaga pendidikan yang mengadakan lomba-lomba bertemakan
pendidikan atau pun seminar-seminar bertema pendidikan pula.
Namun, jika kita pikirkan lagi, peringatan-peringatan itu
terkadang kontras dengan wajah pendidikan Indonesia saat ini. Di dunia internasional, kualitas
pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara di seluruh dunia
berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education
For All Global Monitoring Report 2012. Keadaan ini cukup memprihatinkan dan
memerlukan perhatian. Wajah pendidikan Indonesia masih belum merata cantiknya.
Bayangkan saja, jika di kota-kota atau pun wilayah-wilayah yang mudah terjamah
sangat gampang mendapatkan pendidikan di sudut-sudut pelosok negeri ini, masih
banyak yang mendapatkan pendidikan ala kadarnya. Bahkan tak layak sama sekali.
Masalah ini sangat pelik jika dipikirkan. Terkadang, pemerintah dan orang
berada sangat miris dengan keadaan ini. Tapi, terkadang mereka juga tak mampu
berbuat banyak.
Yang lebih miris lagi adalah ketika kita melihat seseorang
yang dengan mudahnya mendapatkan pendidikan justru seolah tak mensyukurinya.
Misal saja, mereka yang jelas-jelas mampu menikmati fasilitas pendidikan yang
layak justru berbuat hal yang menjadikan mereka tidak bisa menikmati
fasilitasnya. Kita ambil contoh mereka yang berbuat onar, tawuran, bullying, bahkan pelecehan atau
tindakan tak senonoh. Perbuatan seperti itu justru membuat mereka kehilangan
fasilitas pendidikan mereka saat itu. Dalam beberapa kasus, mereka bisa dibui
dan terpaksa meninggalkan bangku sekolah. Dan artinya, itu menghitamkan masa
depan mereka. Banyak anak-anak di luaran sana yang harus susah payah melibas
tanah tanpa alas kaki, peluh bercucuran, diterpa terik matahari hanya untuk
mencapai lokasi sekolah. Harus bertarung nyawa, menyebrang sungai hanya demi
menuntut ilmu. Apakah kita yang sudah sangat nyaman ini, sangat mudah
menjangkau sekolah kita tidak malu?
Jadi, sebagai generasi muda yang baik, sudah
seharusnya kita menghindari perbuatan atau kelakuan yang justru merugikan diri
kita sendiri. Kita harusnya menghargai bagaimana pemerintah dan orang-orang di
atas sana yang memperjuangkan masalah pendidikan. Tak lupa orang tua kita, yang
membiayai kita agar mendapatkan layak. Adanya HARDIKNAS rasanya tidak hanya
untuk diperingati saja, namun lebih dari itu. Apa fungsinya diperingati jika
pelajar masih banyak yang tawuran, tak jujur saat ujian, tak bisa menghormati
dan menghargai orang lain, bahkan tak mengerti apa sebenarnya maksud
pendidikan. Jadi, jangan hanya diperingati, mari diperbaiki!
Budaya 5S di Smaker
Posted by
Unknown,
on
5/08/2015
SINICTO 2015 - Sudah banyak dan cukup sering kita membahas tentang budaya di sekitaran kabupaten Nganjuk. Ritual, adat-istiadat, tari tradisional, kuliner, tempat bersejarah dan lainnya. Namun, kita bahkan sering tak menyadari budaya yang kita lakukan setiap harinya. Yang jelas-jelas dianjurkan dan dilakukan oleh warga SMAKER. Apakah itu?
5S: salam, sapa, senyum, sopan dan santun adalah tulisan
yang biasa kita temukan pada kelas-kelas di SMA kita tercinta. Sebenarnya, apa sih yang membuat tulisan itu ada
dihampir seluruh ruang kelas? Salam, sapa, senyum, sopan dan santun merupakan
suatu budaya yang telah membudaya di SMA Negeri 1 Kertosono. Kenapa dikatakan
budaya? Kita kembalikan saja kepada arti budaya itu sendiri. Budaya adalah
suatu kebiasaan, dan 5S merupakan kebiasaan seluruh warga SMA Negeri 1
Kertosono.
5S di SMAKER tidak hanya kepada guru saja, loh ya! 5S juga untuk seluruh orang yang
ada di SMAKER. Kebanyakan dari kita (warga SMAKER sendiri) pasti setengah tidak
sadar telah melakukan budaya ini. Senyum, sudah menjadi suatu hal yang wajar
untuk kita sebagai makhluk sosial. Apa lagi orang Jawa yang terkenal ramah.
Salam, sudah seperti paketnya, jika seseorang tersenyum ia (kebanayakan orang)
akan memberi salam. Sapa, jika mereka tersenyum dan memberi salam, itu artinya
mereka sudah memberi sapaan. Namun terkadang, ada pula yang menyapa lebih
ketara dengan menyebutkan nama orang yang disapa. Sopan dan santun, kalau
dipikir dan dirasakan, 2 kata ini sering digunakan bersama menjadi suatu
kesatuan yang menunjukkan sikap. Sikap di sini berarti etika. Sopan dan santun
memiliki pemahaman etika yang baik. Bagaimana maksudnya? Contohnya saja sopan
dan santun ketika menyapa Bapak Ibu Guru. Kita bisa saja menggunakan suara
nyaring dan gerakan tangan spontan saat menyapa teman sebaya. Namun, hal itu
jelas tidak mungkin kita lakukan saat menyapa Bapak Ibu Guru. Pasti akan
menghasilkan kesan tidak sopan dan tidak santun.
5S bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Ketika bertemu Bapak Ibu Guru, kakak kelas, teman sebaya, adik kelas, penjaga
sekolah, penjaga kantin, satpam dan bahkan tamu yang berkunjung ke sekolah
kita. Tapi, jangan berhenti sampai di situ saja. Kita juga bisa membudayakannya
di luar lingkungan sekolah. Untuk apa? Agar orang di luar sekolah pun tahu, bahwa
warga SMAKER memiliki budaya yang begus. Kenali, resapi, cintai dan hargai
budayamu. Budayakan budayamu agar tetap membudaya.
Apa itu Hardiknas ?
Posted by
Unknown,
on
5/08/2015
sumber gambar : www.liputan6.com |
SINICTO 2015 - Pendidikan adalah kata yang sangat lazim kita dengar. Wajar,
karena kita adalah pelajar dan orang yang terbiasa dengan pengajaran. HARDIKNAS
sendiri adalah kependekan dari Hari Pendidikan Nasional. Hari pendidikan
nasional Indonesia jatuh pada tanggal 2 mei. Mengapa? Sudah menjadi rahasia
umum warga Indonesia, bahwa tanggal 2 mei adalah tanggal kelahiran Bapak
Pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara.
Kita sungguh sangat lazim dengan kata pendidikan. Lalu, apa
sebenarnya arti kata pendidikan itu sendiri? Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) , pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Kalau ditarik ke belakang, perjuangan pendahulu kita di zamannya
untuk mendapatkan pendidikan terhitung sulit. Bagaimana tidak, dahulu orang
pribumi yang berada saja yang akan mudah mendapatkan pendidikan yang layak. Salah
satu alasannya di samping masalah biaya adalah lembaga pendidikan zaman dahulu
adalah milik pemerintahan Negara yang menjajah kita (Jepang maupun Belanda).
Ki Hajar Dewantara mulai berkiprah di dunia pendidikan
setelah ia mendirikan Taman Siswa. Taman siswa didirikan di Yogyakarta pada 3
Juli 1922. Taman siswa merupakan jalan bagi warga pribumi untuk mendapat
pendidikan yang layak, karena Taman Siswa memang didirikan untuk menjamin
pendidikan warga pribumi yang sebelumnya tidak terlalu terjamin.
Ki Hajar Dewantara sangat aktif berjuang sebelum dan sesudah
Indonesia merdeka. Tentunya dengan tokoh-tokoh lain semisal Ir. Soekarno. Saat
Indonesia akhirnya mendapatkan kemerdekaannya, Ki Hajar Dewantara diangkat
menjadi menteri pendidikan yang pertama. Akhirnya, Ki Hajar Dewantara wafat pada
tanggal 28 April 1959 di usianya yang hampir menginjak 70 tahun. Untuk
mengenang semua jasa beliau, beliau dianugrahi gelar Bapak Pendidikan Nasional
dan tanggal lahirnya dijadikan sebagai hari pendidikan nasional.
Bertahun-tahun kita memperingati hari pendidikan
nasional setiap tanggal 2 mei. Di lembaga pendidikan, peringatan paling sering
ditandai dengan upacara bendera dalam rangka peringatan hardiknas. Tak jarang
disertai lomba atau pun seminar untuk lebih memeriahkan peringatan. Namun di
sini, sebenarnya yang diperlukan adalah bukan seberapa meriah peringatan
hardiknas itu sendiri, namun seberapa paham kah kita dengan yang dimaksud
hardiknas, seberapa pengahargaan dan penghormatan kita terhadap orang-orang
yang memperjuangkan pendidikan di Indonesia hingga seperti saat ini. Dan
seberapa sanggup kita menjaga pandangan orang tentang pendidikan Indonesia,
pendidikan yang tepat, pendidikan yang benar-benar mendidik, pendidikan yang
bermoral dan pendidikan yang mampu memajukan bangsa Indonesia.
Kesenian Tari di Kota Nganjuk
Posted by
Unknown,
on
5/08/2015
sumber gambar : telanganjuk.blogspot.com |
SINICTO 2015 - Sebagai warga Nganjuk, tentu kita mengetahui bahwa kabupaten kita ini memiliki beberapa seni tari tradisional. Yang paling terkenal adalah tari MungDhe. Namun sebenarnya masih banyak seni tari tradisional lain yang ada di kabupaten Nganjuk. Apa saja, ya?
Jika kita membicarakan tentang tari, pasti tari MungDhe tak
luput dari perhatian kita. Tari MungDhe adalah tari tradisional yang berasal
dari desa Garu, Baron, Nganjuk. Tari ini bertemakan semangat patriotism
(heroik). Tari MungDhe ditarikan oleh penari pria dan wanita. Tari MungDhe
menceritakan prajurit perang yang sedang berlatih dan botoh (pemberi semangat).
Botoh dibagi menjadi dua, yaitu Tembem dan Penthul. Botoh dalam tari MungDhe
adalah pemberi kesan lucu.
Yang kedua adalah tari Tayub. Pusat tari Tayub Nganjuk
adalah di desa Ngrajek kecamatan Tanjunganom. Tari Tayub akan sering disajikan jika
ada acara (hajat) desa. Bertepatan dengan bulan Suro, desa Ngrajek akan ramai
oleh pendatang yang ingin menyaksikan wisuda para Waranggono. “Wisuda para
Waranggono diawali dengan ritual-ritual. Antara lain adalah dimandikannya calon
waranggono di sebuah sumur tua oleh sesepuh yang telah terbiasa melakukannya.”
Terang Bu Wiwik guru mata pelejaran Bahasa Indonesia di SMAKER. Dalam kehidupannya,
para penari Tayub sering disebut dengan Ledhek
atau Tandak. Jadi, jika seorang gadis
ingin menjadi Waranggono, maka ia harus menjalankan ritual-ritual dan barulah
ia akan mendapat surat izin untuk menjadi seorang Waranggono.
Tari salipuk adalah tari berpasangan (pria dan wanita) yang
merupakan perkembangan dari tari Tayub. Tari Salipuk sangat lazim ditemukan
ketika acara besar Kabupaten Nganjuk. Mengapa dinamakan tari Salipuk? Dahulu
pada zaman Belanda ada seorang pengamen yang bernama Salipuk. Ia berkeliling
menghibur orang-orang dengan membawa gendang. Banyak yang menyukai hiburannya
dan akhirnya ia mengmbangkannya menjadi tari berpasangan.
Sebenarnya masih banyak lagi seni tari yang ada
di kabupaten Nganjuk. Misal saja Jaranan dan ada pula tarian yang ditarikan
ketika masyarakat meminta hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai warga asli
kabupaten Nganjuk, sudah seharusnya kita melestarikam kesenian dari wilayah
kita sendiri. Jika memang kita tak bisa menarikannya, maka kita pasti bisa
menikmatinya. Jika tidak bisa juga, maka kita masih bisa mempelajarinya.
2015/05/07
SMAKER Berjaya Lagi!
Posted by
Unknown,
on
5/07/2015
SINICTO 2015 - Di sela upacara peringatan HARDIKNAS 2015 (Sabtu,
02/05/2015) terdapat sesi penyerahan piala pemenang lomba kepada sekolah. Ada
lebih dari 1 ajang lomba yang berhasil dimenangkan. Menakjubkan, bukan?
Lomba pertama yang dimenangkan adalah juara 1 PPST tingkat
provinsi oleh sanggar tari Puspeni. PPST sendiri di selenggarakan di Malang
pada tanggal 9 April 2015. Tim PPST tahun ini terdiri dari kurang lebih 20 anak
sanggar tari Puspeni. Selanjutnya adalah juara 1 tari berpasangan FLS2N tingkat
kabupaten pada tanggal 21 April 2015 atas nama Nindhita Gautama dan Della Ayis
Aroma. Juara 1 campursari tingkat Provinsi di TVRI atas nama Azizah Miraj
Nanda. Dan 1 lagi adalah juara 1 Bambang Cakil di Dinas Pariwisata pada tanggal
28 April 2015 atas nama Erif Kurniawan dan Wahyu Dewi. Sudah sangat wajar jika
dalam perlombaan tari, SMA Negeri 1 Kertosono mendapatkan gelar juara.
Bagaimana tidak? Jika ditarik ke belakang, sanggar tari binaan Bu Kristin ini
sudah beberapa tahun berturut-turut berhasil mempertahankan prediakat juara
atau pun penyaji terbaik. Hal tersebut tak lepas dari keuletan dan kerja keras
seluruh anggota sanggar tari Puspeni. Apa lagi sekarang Bu Kristin telah
dibantu oleh Bu Resti dalam mempersiapkan seluruh lomba. Berkat kerja kerasnya
selama ini, tahun ini Bu Kristin menjadi salah satu guru berprestasi di
kabupaten Nganjuk.
Lomba yang kedua adalah GALAKSI (Gerak Langkah Kreasi) yang
diadakan oleh SMA Negeri 2 Kediri. Lomba yang bertempat di GOR Joyoboyo Kediri
ini, dilaksanakan pada tanggal 26 April 2015. Tahun ini, lomba Galaksi diikuti
oleh 11 pleton dari seluruh paskibra SMA di Jawa Timur. Dan hasilnya, Paskibra
SMA Negeri 1 Kertosono berhasil mempertahankan gelar sebagai Juara Umum seperti
tahun lalu. Dengan kategori kemenangan : Juara 3 Galaksi 2015, Best Danton, Pleton Favorit dan Juara
Umum Galaksi 2015.
Hebat sekali, bukan? Hanya dalam kurun waktu 1
bulan, siswa SMA Negeri 1 Kertosono mampu menyabet gelar juara dalam 5 ajang
yang berbeda. Gelar juara yang didapat merupakan suatu kebanggan bagi seluruh
warga SMAKER. “Sebenarnya, saat pengumuman juara dan SMAKER mendapat juara 3,
kami sudah pesimis akan mendapat juara umum. Tapi kami sama sekali tidak
menduga, ternyata kamilah yang menjadi juara umum dan mempertahankan gelar kami
tahun lalu. Kami sangat bangga dengan kemenangan ini.” Terang Nur Lita Ayu yang
disambung oleh Thitania Yolanda Viol selaku anggota kelas XI Paskibra SMA
Negeri 1 Kertosono (Cagaskara).
(Masih) Kusamnya Pendidikan di Indonesia
Posted by
Unknown,
on
5/07/2015
sumber gambar : fiksi.kompasiana.com |
SINICTO 2015 -Pendidikan merupakan suatu hal yang pasti ada dalam suatu
negara. Namun, tak semua warga Negara mampu merasakannya. Seperti halnya di
Indonesia, meski di kota-kota besar dengan mudahnya seseorang mendapatkan pendidikan,
warga Indonesia yang tinggal di pulau-pulau kecil atau pun daerah terpencil
susah mendapatkan pendidikan. Faktor fasilitas dan sumber daya manusialah yang
mungkin mendominasi penyebab tak terjangkaunya pendidikan di wilayah-wilayah
tersebut. Sebut saja di sekitaran pedalaman pulau-pulau Indonesia bagian timur
Mereka harus berjalan kaki untuk mencapai sekolahnya. Menuruni bukit, jalanan
terjal, menyeberang sungai tanpa jembatan, dan rintangan-rintangan lainnya.
Sumber daya manusia pun menjadi masalah tersendiri. Contohnya masalah guru
pengajar. Tak banyak orang yang mau di tempat-tempat terpencil. Meski kadang
mereka memiliki keinginan untuk membantu. Untungnya, baru-baru ini ada sebuah
gerakan yang dipelopori oleh Bapak Anis Baswedan yang bergerak di bidang
pendidikan. Mereka memilih sarjana-sarjana terbaik untuk mengabdi selama 1
tahun di daerah terpencil. Meski baru sekitar 4 tahun berdiri, gerakan ini
sangatlah membantu.
Tak cukup sampai kasus-kasus itu saja. Kasus putus sekolah
pun sangat besar di Indonesia. Latar belakang yang paling besar adalah faktor
ekonomi. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa warga Indonesia banyak yang hidup di
bawah garis kemiskinan. Penyebab lain kasus putus sekoalh adalah pergaulan
bebas yang akhirnya mengharuskan mereka untuk meninggalkan bangku sekolah.
Sangat miris. Padahal mereka seharusnya bisa menikmati pendidikan dengan
nyaman.
Yang sangat dekat dengan kita , yang menambah kusamnya wajah
pendidikan kita adalah perilaku tidak tepat dalam praktek pendidikan. Mulai dari
kebiasaan mencontek saat ujian, pungli di lembaga pendidikan, pengajar dan
siswa yang meninggalkan kewajibannya, kasus kekerasan hingga pelecehan yang
terjadi di lembaga pendidikan, senioritas dan junioritas yang berlebihan,
hingga bullying.
Sungguh sangat disayangkan jika
perilaku-perilaku yang tidak tepat tersebut masih saja menghiasi perjalanan
pendidikan Indonesia. Marilah kita perbaiki wajah pendidikan Indonesia. Sudah
waktunya pendidikan kita lebih bersolek lagi, agar mampu menciptakan manusia-manusia
sukses lebih banyak lagi. Pendidikan tak cukup hanya bagaimana seseorang
mendidik dan bagaimana seseorang dididik. Tapi, bagaimana pendidik dan yang
dididik mendapatkan pendidikan untuk diri masing-masing dan mampu
memanfaatkannya untuk orang lain.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)